Arab Saudi telah diumumkan sebagai negara tuan rumah Piala Dunia Pria 2034, dengan FIFA menandatangani konfirmasi edisi turnamen 2030 dan 2034 pada 11 Desember.
Keputusan ini disampaikan oleh FIFA pada tanggal 11 Desember 2023, bersamaan dengan konfirmasi untuk edisi 2030 yang berlangsung di Argentina, Uruguay, Paraguay, serta Portugal, Maroko, dan Spanyol.
Ini menjadikan Arab Saudi sebagai negara kedua dari Timur Tengah yang ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia, setelah Qatar yang berhasil melaksanakan turnamen pada tahun 2022.
Namun, keputusan ini tak luput dari kontroversi dan pertanyaan. Seperti Qatar sebelum mereka, penyelenggaraan Piala Dunia di Arab Saudi menghadapi isu-isu serius yang perlu diperhatikan. Meskipun Piala Dunia 2034 masih sepuluh tahun lagi, berbagai diskusi mengenai dampak sosial dan lingkungan dari turnamen ini sudah dimulai.
Dibawah ini FOOTBALL PC akan memberikan informasi menarik yang pastinya harus Anda ketahui. Mari simak sekarang!
Proses Tawaran yang Memicu Pertanyaan
Jadi, mengapa hanya Arab Saudi yang menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034? Ketika FIFA mengumumkan proses pencalonan pada Oktober 2023, mereka menerapkan “prinsip rotasi konfederasi” yang bertujuan untuk melibatkan lima dari enam konfederasi yang ada.
Namun, dengan Qatar telah menjadi tuan rumah pada tahun 2022, seharusnya Asia baru dapat menjadi tuan rumah lagi pada tahun 2042, tetapi situasi ini berubah dengan keputusan untuk menggelar Piala Dunia 2030 di tiga konfederasi.
Adanya rotasi ini mendekatkan posisi Asia dan Oseania yang sebelumnya harus menunggu lama. Sayangnya, dengan keluarnya Australia dari OFC ke AFC dan tidak adanya negara Oseania yang mampu menjadi kandidat, Arab Saudi menjadi satu-satunya penawar untuk Piala Dunia 2034.
Usulan untuk mendukung tawaran Indonesia, yang sebelumnya mempertimbangkan kolaborasi dengan Arab Saudi, juga gagal berkembang. Hal ini menunjukkan bagaimana tekanan dan pengaruh yang ada di dalam federasi sepak bola Asia berkontribusi pada keputusan ini.
Meskipun sebelumnya Cina menunjukkan keinginan untuk menjadi tuan rumah pada masa mendatang, mereka tidak ikut serta dalam proses tawaran 2034. Sehingga, di akhir Oktober 2023, Arab Saudi muncul sebagai satu-satunya kandidat.
“Kami mendorong Asia untuk bersatu dalam mendukung tawaran Saudi,” ungkap Gianni Infantino, Presiden FIFA, yang menekankan pentingnya kolaborasi di dalam konfederasi untuk mendukung pencalonan ini.
Apakah Piala Dunia 2034 Akan Diadakan di Musim Dingin atau Musim Panas?
Satu pertanyaan besar yang mengemuka saat ini adalah: kapan tepatnya Piala Dunia 2034 akan dilaksanakan? Arsitektur iklim di Arab Saudi memang menjadi perhatian utama saat FIFA mengevaluasi proposal ini.
Dalam laporan evaluasi FIFA, tempat penyelenggaraan turnamen akan menjadwalkan pertandingan antara “Oktober dan April” untuk menghindari suhu ekstrim yang dapat melanda Arab Saudi.
Ramadan, yang diperkirakan jatuh antara 11 November hingga 10 Desember 2034, juga menjadi faktor penting dalam menentukan jadwal turnamen. “Kami harus mempertimbangkan perayaan keagamaan saat merencanakan ajang sebesar ini,” ungkap perwakilan FIFA.
Mengingat Qatar 2022 adalah Piala Dunia pertama yang berlangsung di musim dingin Belahan Utara, dan suhu yang melampaui 100 derajat Fahrenheit di Arab Saudi pada musim panas, peralihan ke jadwal yang lebih ramah iklim adalah langkah logis.
Jadi, apakah Piala Dunia 2034 akan berlangsung pada musim dingin seperti tahun 2022? Belum ada keputusan final mengenai jadwalnya.
Jika FIFA menyesuaikan kalender untuk menampung Ramadan dan kondisi cuaca yang lebih baik, kemungkinan besar Piala Dunia 2034 akan berlangsung di awal tahun atau di akhir tahun, yang akan memengaruhi kompetisi klub di seluruh dunia.
Baca Juga: LAFC Mengontrak Penyerang Agen Bebas Jeremy Ebobisse dengan Kontrak Tiga Tahun
Rencana Pembangunan Stadion
Arab Saudi memiliki ambisi besar untuk menyelenggarakan Piala Dunia 2034 dengan berjanji untuk membangun stadion-stadion baru yang spektakuler.
“Kami berjanji untuk melampaui apa yang telah dilakukan Qatar,” ungkap otoritas Saudi dalam proposal mereka untuk Piala Dunia. Rencana mereka mencakup pembangunan 11 stadion baru, yang diharapkan dapat mendukung pengalaman luar biasa bagi para penggemar sepak bola.
Salah satu rencana yang menarik perhatian adalah pembangunan stadion di Neom, yang merupakan bagian dari proyek ambisius Visi 2030 Arab Saudi. Stadion ini direncanakan memiliki kapasitas 45.000 penonton dan akan menggunakan energi terbarukan sepenuhnya.
“Kota masa depan ini akan menghadirkan pengalaman unik bagi penggemar yang hadir,” kata para perencana proyek. Dengan inisiatif ini, Arab Saudi ingin tidak hanya menawarkan turnamen berkelas dunia. Tetapi juga menunjukkan komitmen mereka terhadap keberlanjutan dan inovasi.
Namun, perlu dicatat bahwa proyek besar seperti ini sering menghadapi tantangan dalam pelaksanaan. Qatar, yang juga memiliki rencana ambisius untuk stadion. Harus berurusan dengan berbagai kritik terkait hak asasi manusia, terutama mengenai perlakuan terhadap pekerja migran.
Arab Saudi akan dihadapkan pada tantangan serupa, dan bagaimana mereka menangani masalah ini akan sangat mempengaruhi reputasi mereka di mata dunia.
Perkembangan Liga Pro dan Tim Nasional
Sepak bola di Arab Saudi sedang mengalami transformasi yang signifikan. Dengan pengenalan Liga Pro yang semakin kompetitif. Arab Saudi berupaya untuk menjadi kekuatan sepak bola yang lebih besar di arena internasional.
Beberapa bintang sepak bola dunia, seperti Cristiano Ronaldo dan Neymar, telah bergabung dengan Liga Pro Saudi, yang memberikan eksposur internasional yang lebih besar bagi liga tersebut.
Arab Saudi juga memiliki catatan yang baik di kancah Asia, dengan tiga Piala Asia dan beberapa penampilan di Piala Dunia. Sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034. Tim nasional Arab Saudi diharapkan bisa lebih siap dan kompetitif setelah bertambahnya pengalaman dari liga domestik.
“Keberadaan pemain-pemain top dunia di Liga Pro kami diharapkan bisa meningkatkan keterampilan dan tingkat permainan pemain lokal,” jelas pelatih tim nasional.
Namun, meskipun ada investasi besar dalam infrastruktur dan pemain-pemain asing, tingkat kehadiran penonton di stadion Liga Pro Saudi tampak menurun. Rata-rata kehadiran penonton di musim 2023-24 hanya mencatatkan angka yang lebih rendah dibandingkan musim sebelumnya.
“Ini adalah tantangan yang harus dihadapi oleh liga untuk menarik lebih banyak penggemar secara langsung,” pungkas seorang analis independen.
Respon Pemain Terhadap Liga Pro Saudi
Sementara banyak pemain internasional yang berbicara positif tentang Liga Pro Saudi, pandangan yang lebih kritis juga muncul. Jordan Henderson, mantan kapten Liverpool, mendapatkan kritik setelah pindah ke Al Ettifaq.
Sebagai tokoh yang sebelumnya mendukung hak-hak komunitas LGBTQIA+, keputusannya untuk bermain di Arab Saudi, di mana hubungan sesama jenis dianggap ilegal, memicu banyak komentar.
Saat meninggalkan Arab Saudi, Henderson membagikan perasaannya yang diplomatis. “Saya merasakan cinta dari penggemar sejak hari pertama,” katanya. Namun, banyak yang merasa bahwa sikapnya tidak sejalan dengan dukungan yang diberikan sebelumnya terhadap hak-hak perempuan dan minoritas.
Kendati demikian, keberadaan bintang-bintang di Liga Pro Saudi menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik perhatian global pada turnamen mendatang. Arab Saudi telah mengambil langkah besar untuk membangun landasan yang kokoh dalam dunia sepak bola. Piala Dunia 2034 diharapkan bisa menjadi puncak dari usaha semua ini.
Dengan semua rencana, harapan, dan tantangan yang ada, Piala Dunia 2034 di Arab Saudi menjanjikan untuk menjadi salah satu peristiwa terbesar dalam sejarah sepak bola. Hanya waktu yang dapat menunjukkan bagaimana berbagai isu, kontroversi, dan inisiatif ini akan berkontribusi pada kesuksesan keseluruhan turnamen.
Buat kalian, jangan sampai ketinggalan mengenai informasi menarik dan terupdate seputar Sepak Bola.