Kekalahan 0-1 AC Milan dari Lazio di Coppa Italia menjadi sinyal keras bahwa kedalaman skuad mereka belum cukup kuat. Dibawah ini akan ada penjelasan tentang berita bola menarik lainnya di FOOTBALL PC.

Meski tampil dominan dalam penguasaan bola, Rossoneri gagal menciptakan ancaman berarti sepanjang laga. Gol Mattia Zaccagni di menit ke-80 sudah cukup mengubur harapan Milan melangkah lebih jauh.
Hasil ini memperlihatkan betapa jauhnya kualitas antara pemain inti dan pelapis. Saat beberapa pemain utama dirotasi, performa tim langsung merosot drastis. Dominasi yang ditunjukkan hanya sebatas menguasai bola, tanpa kreativitas dan penyelesaian akhir yang layak.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
![]()
Kondisi ini memicu kritik dari berbagai pihak, termasuk jurnalis senior Carlo Pellegatti. Ia menilai kekalahan tersebut menunjukkan kelemahan struktural dalam skuad Milan yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan perbaikan taktik. Masalahnya jauh lebih dalam kualitas dan kesiapan pemain cadangan.
Rotasi Allegri yang Tak Membuahkan Dampak
Massimiliano Allegri mencoba memberikan kesempatan kepada lima pemain berbeda dibanding laga Serie A terakhir. De Winter, Estupinan, Ricci, Jashari, dan Loftus-Cheek diturunkan sejak awal. Namun pergantian besar-besaran ini justru membuat performa tim tidak stabil dan kehilangan efektivitas serangan.
Pellegatti menjelaskan bahwa Milan memang mengontrol ritme, tetapi tidak pernah benar-benar mengancam. Bahkan ia menilai Rossoneri tampil lebih tidak berbahaya dibanding Lazio yang justru bermain lebih efisien. Hal ini menunjukkan bahwa kontrol permainan tidak berarti apa-apa tanpa peluang nyata.
Statistik mendukung kritik tersebut Milan baru melepaskan tembakan tepat sasaran pertama pada menit ke-91. Sepanjang laga, kiper Lazio hanya melakukan satu penyelamatan. Minimnya kreativitas dan variasi serangan memperkuat kesan bahwa tim sangat bergantung pada pemain inti.
Baca Juga: Pep Guardiola Puji Rabona Ajaib Cherki dan Ingatkan untuk Belajar dari Kesederhanaan Messi
Krisis Striker yang Tak Bisa Ditunda

Masalah terbesar Milan terlihat jelas mereka tidak punya penyerang tengah murni yang bisa menjadi tumpuan. Pellegatti menegaskan bahwa kebutuhan mendesak ini harus menjadi prioritas transfer. Tanpa striker yang tepat, Milan sulit bersaing di kompetisi mana pun.
Rafael Leao dan Christian Pulisic sebenarnya berkualitas, tetapi keduanya bukanlah penyerang tengah. Leao tidak memiliki karakter bermain sebagai finisher utama, sementara Pulisic lebih cocok bergerak dari sayap. Ketergantungan pada mereka di posisi yang bukan ideal hanya memperburuk situasi.
Kurangnya opsi striker membuat Milan sulit menciptakan ancaman di kotak penalti lawan. Situasi inilah yang terlihat jelas melawan Lazio: mereka mampu menguasai bola, tetapi tanpa ujung tombak yang kuat, peluang emas hampir tidak ada.
Saatnya Evaluasi Besar-Besaran
Minimnya kontribusi pemain pelapis juga dipengaruhi oleh kurangnya menit bermain. Namun kondisi itu tidak bisa menjadi alasan utama ketika Milan membutuhkan performa instan untuk kompetisi besar. Ketika dibutuhkan, para pelapis tidak mampu menunjukkan kesiapan.
Pellegatti menilai evaluasi besar harus dilakukan jika Milan ingin tetap bersaing di papan atas Serie A. Tim tidak bisa hanya mengandalkan starting XI, karena musim panjang menuntut kedalaman skuad yang kuat dan konsisten. Tanpa rotasi yang efektif, performa tim akan terus menurun.
Kekalahan dari Lazio harus menjadi peringatan keras. Jika Milan tidak segera memperbaiki kualitas pelapis, terutama di posisi penyerang, mereka akan kesulitan bersaing di semua kompetisi. Musim masih panjang, dan masalah ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Manfaatkan waktu luang Anda untuk mengeksplor berita bola menarik lainnya di footballpc.com.
