Di usia 36 tahun, Angel Di Maria masih terus bermain di tingkat tertinggi, mewakili klub-klub besar Eropa dan tim nasional Argentina.
Melalui perjalanan yang penuh pencapaian, tantangan, dan momen penting, kita akan menjelajahi transformasi dan evolusi seorang pemain yang telah menjadi idola bagi jutaan penggemar di seluruh dunia. Sepanjang karirnya, Di Maria telah menunjukkan bakat luar biasa yang membawanya dari Rosario, Argentina, hingga ke klub-klub prestisius seperti Real Madrid, Manchester United, dan Paris Saint-Germain.
Kontribusinya di setiap klub telah memberikan warna tersendiri, dan keberhasilannya di tim nasional juga merefleksikan dedikasi dan kerja kerasnya. Melalui analisis mendalam, kita akan melihat bagaimana Di Maria mampu beradaptasi dengan perkembangan permainan sepak bola modern dan menghadapi berbagai tantangan yang muncul seiring bertambahnya usia.
Berikut ini, FOOTBALL PC akan memberikan informasi menarik seputar sepakbola yang pastinya sangat rekomend untuk kalian kunjungin.
Awal Karier Di Maria
Angel Di Maria memulai perjalanan sepak bolanya di Rosario, Argentina, di mana ia lahir pada 14 Februari 1988. Sejak usia muda, bakatnya terlihat jelas saat bermain di klub setempat, Rosario Central. Di Maria menunjukkan kecepatan dan kemampuan dribbling yang luar biasa, membawanya menjadi salah satu pemain paling menjanjikan di akademi. Pada tahun 2005, saat baru berusia 17 tahun, ia berhasil naik ke tim senior Rosario Central, menjadi salah satu pemain termuda yang mendapatkan kesempatan bermain di liga profesional.
Performanya yang memukau di Rosario Central segera menarik perhatian klub-klub besar di Eropa. Pada tahun 2007, Di Maria pindah ke Benfica di Portugal, yang menjadi langkah pertama dalam karirnya di benua Eropa. Di Benfica, ia mengalami perkembangan pesat sebagai pemain, berkontribusi secara signifikan dalam meraih gelar nasional dan tampil di kompetisi Eropa.
Bekerja di bawah manajemen pelatih yang berpengalaman, ia belajar banyak tentang strategi dan taktik permainan, yang sangat membantunya saat memasuki tahap karir berikutnya. Selama berada di Benfica, Di Maria berhasil mencuri perhatian banyak pengamat sepak bola dengan penampilannya yang konsisten dan produktif. Dalam dua musim bersamanya, ia mencatatkan banyak gol dan assist, membuatnya menjadi salah satu pemain kunci dalam skuad.
Keberhasilannya di Benfica menggiringnya menuju transfer besar ke Real Madrid pada tahun 2010, di mana ia akan menempuh perjalanan luar biasa hingga menjadi salah satu winger terbaik di dunia. Awal karier yang cemerlang ini menjadi fondasi bagi kesuksesannya di level yang lebih tinggi, dan membuktikan bahwa kerja keras dan bakat dapat membuka peluang besar dalam dunia sepak bola.
Lonjakan Popularitas Di Maria
Lahir pada 14 Februari 1988, di Rosario, Argentina, Angel Di Maria memulai karir sepak bolanya di Rosario Central. Sejak usia muda, ia menunjukkan bakat yang luar biasa, cepat menarik perhatian klub-klub besar di Argentina. Pada tahun 2007, Di Maria pindah ke Benfica di Portugal, di mana ia mulai mencuri perhatian dunia sepak bola.
Di Benfica, Di Maria menunjukkan performa yang sangat mengesankan, berhasil membawa timnya meraih berbagai gelar domestik dan berkontribusi dalam European competitions. Kemampuan dribbling dan kecepatan larinya menjadi senjata utama. Pada tahun 2010, ia pindah ke Real Madrid dengan transfer yang signifikan. Di sinilah ia benar-benar mencapai puncak kariernya, bermain di satu klub dengan prestisius ini hingga 2014.
Baca Juga: Marco Angulo Meninggal Dunia
Keberhasilan di Klub Besar Eropa
Setelah menjalani masa gemilang bersama Benfica, Angel Di Maria melanjutkan kariernya dengan pindah ke klub raksasa Eropa, Real Madrid, pada tahun 2010. Di Madrid, Di Maria segera menjadi bagian integral dari tim yang dipimpin oleh pelatih ikonik Jose Mourinho. Dalam tiga musimnya di Los Blancos, dia tidak hanya beradaptasi dengan baik tetapi juga memantapkan dirinya sebagai salah satu winger paling berbahaya di dunia, dikenal karena kecepatan, dribbling, dan kemampuannya menciptakan peluang bagi rekan-rekannya.
Salah satu momen puncak di karier Di Maria di Real Madrid terjadi pada final Liga Champions UEFA 2014. Di mana dia melakukan penampilan luar biasa melawan Atletico Madrid. Di pertandingan tersebut, Di Maria menjadi motor serangan timnya dan dinobatkan sebagai Man of the Match berkat kontribusinya, termasuk assist penting yang mengantarkan gol kemenangan.
Keberhasilannya di Madrid ditandai dengan meraih berbagai trofi, termasuk Liga Champions, La Liga, dan Piala Raja. Menegaskan posisinya sebagai salah satu bintang penting di Eropa pada saat itu. Setelah sukses besar di Madrid, Di Maria melanjutkan kariernya di Paris Saint-Germain (PSG) pada tahun 2015. Dimana ia sekali lagi menunjukkan kemampuannya dalam bersaing di level tertinggi.
Kontribusi Pada Di Maria Argentina
Debut internasionalnya dimulai pada tahun 2008 dan sejak saat itu, Di Maria tampil dalam banyak turnamen, termasuk Piala Dunia FIFA dan Copa America. Dalam setiap penampilannya, baik sebagai winger maupun playmaker. Ia menunjukkan kemampuan untuk menciptakan peluang dan mencetak gol, menjadikannya salah satu pemain kunci dalam strategi tim. Kemampuannya dalam menyuplai assist dan mendukung serangan memberikan dimensi tambahan bagi tim, yang sangat dibutuhkan dalam momen-momen krusial.
Momen paling berkesan dalam karier internasional Di Maria adalah saat ia mencetak gol kemenangan di final Copa America 2021 melawan Brasil. Gol tersebut tidak hanya mengantarkan Argentina meraih trofi setelah penantian selama 28 tahun. Tetapi juga memberikan dampak emosional yang mendalam bagi seluruh penggemar dan rekan satu timnya.
Di Maria, dengan penampilan yang brilian selama turnamen, menunjukkan dedikasinya untuk tim nasional dan pentingnya bagi skuad Argentina. Kemenangan tersebut mengokohkan posisinya dalam sejarah sepak bola Argentina dan memberi harapan bagi generasi pemain muda di negara tersebut.
Selama karier internasionalnya, Di Maria juga dikenal karena kemampuannya untuk tampil dalam situasi tekanan tinggi. Baik dalam laga persahabatan maupun kompetisi resmi, ia sering kali menunjukkan kepribadiannya yang kuat dan keberanian untuk mengambil risiko di lapangan. Pengalamannya bermain di level klub yang sangat kompetitif memberikan keuntungan tambahan. Memungkinkan Di Maria untuk tetap tenang dan efektif di momen-momen genting.
Transformasi di Usia 36 Tahun
Memasuki usia 36 tahun, banyak yang mempertanyakan kemampuan pemain sepak bola untuk tetap bersaing di level tertinggi. Namun, Di Maria membuktikan bahwa usia bukanlah penghalang bagi pemain yang berkomitmen. Bentuk fisik, disiplin dalam menjaga kebugaran, dan pola hidup sehat menjadi kunci untuk mempertahankan performa di lapangan.
Pada usia ini, Di Maria telah beralih dalam hal peran di tim. Dengan pengalaman yang dimilikinya, ia lebih sering mengambil peran sebagai pemimpin dan mentor bagi pemain muda. Meskipun mungkin tidak lagi secepat dulu, ia menggunakan kecerdasan sepak bolanya untuk membuat keputusan yang lebih baik di lapangan dan membantu tim dalam meraih kemenangan.
Kesimpulan
Perjalanan Angel Di Maria hingga usia 36 tahun mencerminkan dedikasi dan semangat juang yang tiada hentinya. Dengan segudang pengalaman dan prestasi di level klub serta internasional. Ia telah menjadi inspirasi bagi banyak pemain muda di seluruh dunia. Meski ada tantangan seiring bertambahnya usia, Di Maria tetap berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi setiap tim yang ia bela.
Jika anda tertarik dengan informasi yang telah kami rangkum seputar sepakbola international, tentunya anda bisa langsung mengklik link FOOTBALL REVIEW.