Son Heung-min, seorang bintang sepak bola global dari Korea Selatan, yang dapat mengatasi berbagai hambatan budaya, geografis, dan olahraga.
Perjalanannya di Eropa, dimulai dari akademi muda Hamburg SV pada usia 16 tahun, adalah bukti kemampuannya untuk beradaptasi dan unggul dalam lingkungan yang asing. Jika anda ingin mencari berita terkini dari sepak bola, kami sarankan anda untuk mengunjungi link FOOTBALL PC.
Awal Mula di Jerman
Pada tahun 2008, Son Heung-min mengambil langkah besar dengan pindah ke Jerman untuk bergabung dengan tim muda Hamburg SV bersama dengan dua pemain muda Korea lainnya, Kim Min-hyeok dan Kim Jong-pil. Ketiganya terbang dari Seoul ke Frankfurt sebagai remaja yang masih hijau, langsung terjun ke lingkungan yang serba asing.
Kim Min-hyeok mengenang bahwa kendala bahasa dan perbedaan budaya makanan menjadi dua tantangan utama yang mereka hadapi di awal perjalanan. Perbedaan ini tidak hanya memengaruhi kehidupan sehari-hari tetapi juga cara mereka berinteraksi dengan rekan-rekan setim dan staf pelatih.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, ketiganya memutuskan untuk tinggal bersama dalam satu rumah, berbagi tugas dan saling mendukung. Mereka sering mengunjungi restoran dekat tempat mereka berlatih, mencari cita rasa yang familiar untuk mengobati kerinduan akan kampung halaman.
Di tengah negara asing dengan bahasa yang belum dikuasai, mereka membentuk ikatan yang kuat dan saling bergantung satu sama lain. Son, dengan sifat humoris dan kemampuan bergaulnya, dengan cepat membangun hubungan baik dengan rekan-rekan setimnya, menjembatani kesenjangan budaya melalui kepribadiannya yang ramah.
Adaptasi terhadap bahasa dan budaya baru membutuhkan komitmen dan kerja keras. Ayah Son, Son Woong-jung, menekankan pentingnya penguasaan bahasa Jerman sebagai kunci untuk sukses di Eropa. Sementara rekan-rekannya kesulitan dengan bahasa tersebut.
Son dengan cepat menunjukkan kemampuannya dalam mempelajari bahasa baru. Ia mengambil kelas intensif bahasa Jerman dan bahkan menggunakan kartun anak-anak seperti Spongebob Squarepants yang di-dubbing ke dalam bahasa Jerman sebagai sarana pembelajaran yang menyenangkan.
Download apk ShotsGoal dan nikmati pengalaman menonton sepak bola tanpa gangguan. Aplikasi ini menyediakan siaran langsung, jadwal lengkap, serta berita terkini Timnas Indonesia.
Adaptasi Bahasa dan Disiplin Tinggi
Adaptasi bahasa menjadi kunci utama bagi Son Heung-min untuk sukses di Jerman. Ayahnya, Son Woong-jung, sangat menekankan pentingnya belajar bahasa Jerman, menyadari bahwa kemampuan berkomunikasi yang baik akan mempermudah integrasi Son dalam tim dan lingkungan baru. Sementara rekan-rekan setimnya berjuang dengan kompleksitas bahasa Jerman, Son menunjukkan tekad yang luar biasa untuk menguasainya.
Ia tidak hanya mengikuti kelas intensif bahasa, tetapi juga menggunakan metode yang kreatif dan menyenangkan, seperti menonton kartun anak-anak “Spongebob Squarepants” yang di-dubbing ke dalam bahasa Jerman. Hal ini menunjukkan bahwa Son tidak hanya menganggap belajar bahasa sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai kesempatan untuk memahami budaya Jerman dengan lebih baik.
Selain adaptasi bahasa, disiplin tinggi menjadi faktor penting dalam kesuksesan Son Heung-min. Ia dikenal memiliki dedikasi yang “tidak masuk akal” terhadap latihan dan pengembangan diri. Ia tidur lebih awal untuk memastikan kondisi tubuhnya optimal, dan selalu menyempatkan diri untuk berlatih ekstra dengan ayahnya di lapangan.
Latihan tambahan ini tidak hanya meningkatkan keterampilan teknisnya, tetapi juga membangun mentalitas yang kuat dan ketahanan fisik yang luar biasa. Rodolfo Cardoso, pelatih kepala tim kedua Hamburg saat itu, mengakui bakat luar biasa Son, tetapi juga menekankan pentingnya disiplin dan kerja kerasnya.
Cardoso memberikan latihan individu kepada Son dan rekan-rekannya, dan mereka secara rutin berlatih dengan tim U-19 di malam hari. Agen Son saat itu, Bliemeister, menambahkan bahwa Son tidak pernah terlihat bermain PlayStation dengan pemain lain, melainkan selalu memanfaatkan waktu luangnya untuk berlatih dan mengasah kemampuannya di luar lapangan.
Dukungan Keluarga dan Pelatih
Peran keluarga, terutama sang ayah, Son Woong-jung, sangat krusial dalam membantu Son Heung-min beradaptasi di lingkungan baru di Jerman. Woong-jung tidak hanya memberikan dukungan moral, tetapi juga aktif melatih putranya di luar sesi latihan klub. Ia bahkan rela pindah ke Jerman untuk tinggal bersama Son, membangunkannya pagi-pagi untuk pergi ke gym bersama, dan memastikan Son mendapatkan nutrisi yang tepat.
Pendekatan ini menunjukkan komitmen penuh Woong-jung untuk mendukung impian putranya menjadi pesepak bola profesional. Selain sang ayah, kakak laki-laki Son, Heung-yun, juga sempat mendampinginya di Jerman. Heung-yun membantu Son beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari di sana dan memberikan dukungan emosional yang sangat dibutuhkan.
Kehadiran Heung-yun memberikan rasa nyaman dan aman bagi Son, memungkinkannya untuk fokus pada latihan dan pengembangan diri tanpa harus khawatir tentang hal-hal praktis kehidupan di negara asing. Dukungan dari keluarga memberikan fondasi yang kuat bagi Son untuk menghadapi tantangan dan tekanan di dunia sepak bola profesional.
Selain dukungan keluarga, peran pelatih juga sangat penting dalam membantu Son mengembangkan bakatnya. Pelatih seperti Rodolfo Cardoso di Hamburg memberikan perhatian khusus kepada Son, memberikan latihan individu dan membantu meningkatkan keterampilan teknisnya.
Cardoso melihat potensi besar dalam diri Son dan memberikan kesempatan untuk berkembang di lingkungan yang kompetitif. Bimbingan dan dukungan dari para pelatih membantu Son memaksimalkan potensinya dan mempersiapkannya untuk menghadapi tantangan yang lebih besar di masa depan.
Baca Juga: PSG Incar Ibrahima Konate dari Liverpool, Pemain Itu Tergoda Pindah
Terobosan di Hamburg dan Leverkusen
Meskipun sempat dilepas setelah tahun pertama, Son tetap di Eropa dan akhirnya mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan tim utama Hamburg. Pada musim panas 2010, ia dipromosikan ke skuad tim utama Hamburg. Debut kompetitifnya tertunda karena cedera, tetapi ia menandai kesempatan itu dengan gol spektakuler. Setelah bermain untuk Hamburg, Son pindah ke Bayer Leverkusen dengan biaya €10 juta.
Di sana, ia menjadi pahlawan dengan mencetak gol-gol penting yang membantu timnya finis di posisi keempat dalam dua tahun berturut-turut. Ia juga mendapatkan julukan “Sonaldo” dari para penggemar. Kemampuan berbahasa Jermannya yang baik membantunya untuk menetap di Leverkusen, dan ia menjadi dekat dengan Hakan Calhanoglu dan Karim Bellarabi.
Kesuksesan di Tottenham Hotspur
Pada tahun 2015, Son pindah ke Tottenham Hotspur dengan biaya £22 juta dan menjadi pemain Asia termahal dalam sejarah. Di Spurs, ia berkembang menjadi salah satu penyerang paling mematikan di Eropa. Ia membantu klub London utara itu mencapai final Liga Champions 2018-19, memenangkan Penghargaan Puskas pada tahun 2020, dan menjadi pencetak gol terbanyak bersama di Liga Premier musim lalu.
Kehadiran Son di Tottenham telah meningkatkan fokus pada sepak bola Korea Selatan. Penggemar dengan bendera nasional Korea dapat dilihat di semua pertandingan Tottenham. Son juga menggunakan ketenarannya untuk mempromosikan Korea dan menyumbang untuk penelitian kanker pada anak-anak di Korea.
Potensi di Tahun 2024/2025
Perjalanan Son Heung-min dari pemain Korea yang penuh harapan menjadi bintang global menunjukkan bahwa kegigihan dan bakat dapat mengatasi hambatan budaya dan bahasa. Kisahnya menjadi inspirasi, membuktikan bahwa mimpi dapat diwujudkan melalui kerja keras dan semangat.
Musim 2024/25 menjanjikan Son akan terus menjadi kekuatan pendorong bagi timnya, membantu mereka mengatasi tantangan dan meraih kesuksesan. Tahun-tahun awal Son di Jerman membentuk gayanya melalui disiplin yang ketat, kecepatan tinggi, dan daya tahan yang luar biasa.
Pada usia 16 tahun, ia pindah ke akademi muda Hamburg, menghadapi bahasa baru, budaya yang berbeda, dan makanan yang tidak dikenalnya. Meskipun menghadapi tantangan ini, ia belajar kesabaran, beradaptasi dengan kekakuan taktis, dan berjuang untuk tempatnya, akhirnya memulai debutnya di Bundesliga.
Kesimpulan
Son Heung-min telah menjadi ikon bagi Korea Selatan dan inspirasi bagi banyak pemain muda di seluruh dunia. Ia adalah pemain Asia pertama yang mencetak 100 gol di Liga Premier. Ia juga memecahkan rekor Cha Bum-kun sebagai pencetak gol Korea Selatan terbanyak di Eropa. Kesuksesan Son di Eropa telah membantu meningkatkan minat pada sepak bola Korea dan membuka jalan bagi pemain Korea lainnya untuk mengikuti jejaknya.